TATA CARA

A. Syarat dan Etika Menjadi Sinoman


  1. Cacat fisik

    Tidak memiliki cacat fisik.


  2. Cacat fisik

    Sehat jasmani dan rohani.


  3. Cacat fisik

    Berpenampilan rapi dan sopan.


  4. Cacat fisik

    Dalam penyajian kepada tamu, harus mengedepankan kesopanan dan tata krama.


  5. Cacat fisik

    Wajib menaati tata aturan upacara yang telah ditetapkan oleh pembawa acara.


  6. Cacat fisik

    Bersikap ramah dan berwajah sumringah (sumeh) kepada tamu.


B. Tata Cara dan Etika Penyajian Hidangan oleh Sinoman (Model Meja dan Lesehan)


1. Persiapan

Tugas sinoman diawali dengan arahan dari ketua sinom, lalu bersama-sama menuju ke tempat pelaksanaan upacara. Setibanya di lokasi, para sinoman berjabat tangan dengan pihak yang mempunyai hajat sebagai bentuk penghormatan, menyampaikan doa, serta memohon izin untuk melaksanakan tugas. Setelah itu, para sinoman menuju tempat yang telah ditentukan sesuai pembagian tugas oleh ketua sinom. Umumnya, sinom putri bertugas di area penerima tamu, yaitu tempat para tamu menunggu hidangan yang akan dibawa oleh sinom putra. Setelah hidangan sampai, sinom putri menyajikannya dengan penuh kesopanan. Beberapa sinom putri juga bertugas menjaga area prasmanan untuk memastikan ketertiban dan kelancaran dalam pengambilan makanan. Dalam pengarahan ini disampaikan pembagian tugas, tata cara penyajian, serta aturan yang harus dipatuhi selama acara berlangsung. Setelah pengarahan, para sinom mempersiapkan hidangan berupa teh hangat dan makanan ringan atau snack yang disusun rapi dalam baki. Pengisian teh harus dilakukan dengan penuh ketelitian:

  •  Tidak diperkenankan mengisi teh sambil melakukan aktivitas lain seperti bermain ponsel, merokok, atau bercanda.
  •  Teh yang disajikan sebaiknya hangat bukan panas untuk menghindari ketidaknyamanan tamu dan menjaga etika visual saat penyajian.
  •  Gelas harus dicek terlebih dahulu agar tidak ada kotoran seperti semut atau ampas teh yang tersisa.

Setelah minuman siap, sinoman putra membawa baki berisi teh, sementara sinoman putri menempatkan diri lebih awal di sisi samping tamu untuk menyambut dan menyajikan. Penyajian dilakukan secara berpasangan (putra dan putri). Cara membawa baki disesuaikan:

  •  Jika ringan, dibawa dengan dua tangan di depan perut.
  •  Jika berat, ditaruh di pundak.

2. Pelaksanaan


 A. Untuk Tamu dengan Meja


  1. Cacat fisik

    Penyajian dilakukan satu per satu, tidak sekaligus.


  2. Cacat fisik

    Ketika menyajikan makanan, tangan kanan memegang bagian tengah gelas, bukan bagian atasnya. Tangan kiri menopang siku kanan untuk menjaga kestabilan.


  3. Cacat fisik

    Saat gelas diletakkan di meja, jari kelingking tangan kanan menopang dasar gelas agar tidak berbunyi keras.


  4. Cacat fisik

    Dilarang menjatuhkan sendok, dan jika hal itu terjadi, sendok harus diganti dengan yang bersih.


  5. Cacat fisik

    Ibu jari tidak boleh masuk ke dalam piring saat menyajikan makanan berat.


  6. Cacat fisik

    Sendok disajikan secara terbuka dan diletakkan langsung di dalam piring sebelah kanan, bukan disiapkan di depan tamu.


  7. Cacat fisik

    Sinoman dilarang berbicara atau bercanda saat proses penyajian berlangsung.


  8. Cacat fisik

    Setelah selesai menyajikan, sinoman berjalan kembali secara berurutan, dimulai dari pemuda pembawa baki, lalu diikuti oleh sinom putri.


  9. Cacat fisik

    Ketika melewati tamu yang lebih tua, sinoman perlu sedikit membungkuk sebagai bentuk penghormatan.


  10. Cacat fisik

    Apabila ada tamu yang meminta air putih alih-alih teh, pramusaji wanita tetap berada di tempat, dan berkomunikasi dengan sinoman putra atau pembawa baki untuk mengganti minuman sesuai permintaan.


B. Untuk Tamu Lesehan (Duduk Sila Berlingkar)


  1. Cacat fisik

    Penyajian dilakukan dalam posisi jongkok perlahan, dimulai dengan melangkahkan kaki kanan terlebih dahulu, lalu menempatkan kaki kanan di depan saat jongkok.


  2. Cacat fisik

    Saat berjalan jongkok, posisi kaki dibuat agak melebar dan bergerak perlahan agar tetap sopan dan tidak terburu-buru.


  3. Cacat fisik

    Saat berhenti untuk membagikan, posisi badan berubah dari jongkok ke duduk bersila (kaki kiri dilipat), kemudian makanan diletakkan di depan tubuh.


  4. Cacat fisik

    Minuman disajikan kepada tamu dengan urutan: dari yang tertua hingga yang termuda, dan pembagiannya dilakukan dari dua sisi lingkaran (5 dari kanan dan 5 dari kiri) secara seimbang.


  5. Cacat fisik

    Gelas diletakkan dari sisi samping, tidak langsung dari tengah lingkaran.


  6. Cacat fisik

    Ketika kembali ke tempat semula, baki diambil dari depan tubuh, lalu diselipkan di sisi ketiak kanan tanpa menurunkannya secara penuh. Sinoman kemudian berjalan mundur secara jongkok agar tidak membelakangi tamu.


  7. Cacat fisik

    Tatanan gelas dalam baki dibuat membentuk segitiga, sisi kanan untuk tamu di sebelah kanan, dan sebaliknya.


  8. Cacat fisik

    Saat menyuguhkan, kaki harus timpuh, tidak boleh berdiri atau jongkok secara frontal.


  9. Cacat fisik

    Hidangan tidak boleh disajikan secara ranting (berpindah dari tamu satu ke tamu lainnya). Namun, jika tradisi ranting digunakan, hal ini disesuaikan dengan adat setempat.


3. Penutup

Setelah seluruh tamu menerima hidangan dan rangkaian acara selesai, sinoman kembali ke tempat semula dengan tetap menjaga sikap sopan. Ketua Sinom dapat melakukan evaluasi untuk menilai pelaksanaan tugas, kekompakan, serta ketepatan sikap selama acara berlangsung.